Saturday, 28 January 2012

Hijaber ? Antara Modernitas dan Syariat

Assalamualaikum pembaca blogspot saya :)

Hari ini saya mendapat job untuk membantu kepanitiaan kegiatan komunitas hijaber di Medan. Biasalah, sepertinya kegiatan semacam arisan gitu. Diisi dengan acara perkenalan kemudian praktek menggunakan hijab ala komunitas hijab tersebut dan diakhiri dengan foto bersama. Setelah itu pulang, setelah itu habislah artikel blog ini . Lho kok sudah selesai ? :) Hahhahahahah..sori, just kidding :)

Melihat tren berpakaian muslimah, dalam hal ini komunitas hijab, membuat saya berdialektika di alam pikiran saya. Apakah muslimah harus modis? Apalagi anggota dari komunitas ini bisa dikatakan diisi oleh orang-orang yang secara finansial berlebih lho.

Nah, sebenarnya kembali lagi ke prinsip dasar dari hijab. Tujuan utama hijab adalah menutup aurat dan tidak menonjolkan bentuk tubuh dari wanita agar terhindar dari segala kejahatan terutama syahwat. Dengan didukung oleh ayat-ayat Quran (QS Al Ahzaab: 56 dan 59)sangat jelas tentang manfaat dari menutup aurat bagi wanita.

Seiring berjalannya waktu dengan dinamika tren mode yang berjalan, agaknya sedikit terjadi perubahan pada mode/ cara berjilbab yang "konvensional" menuju tren yang "modis" seperti kebanyakaan anggota komunitas hijaber. Atas tuntutan zaman pula, mode tren berjilbab cara lama yang dianggap "ketinggalan zaman", menuntut mode berjilbab harus berjibaku dengan kerasnya perkembangan mode jilbab, yang kemudian muncul mode hijab modis yang kebanyakan kita kenal.

Mpunya alam ini (maksudnya ALLAH SWT) tidak membatasi umatnya untuk berkreasi. Silakan menciptakan mode-mode jilbab terbaru, yang pastinya mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi prinsip syar'i hijab.

Tapi ingatlah, mode yang terlalu wah terkadang menciptakan gap antara pelaku yang satu dengan yang lainnya. Lagi-lagi, hal ini berkaitan dengan behaviour yang sudah mendarah daging di kehidupan sosial kebanyakan orang. Apalagi, kesan ekslusif dari mode hijab ini sangat terpancar jelas sehingga para wong cilik yang melihat cara berjilbab komunitas hijaber memberikan reaksi "melawan". Kemungkinan besar, menurut saya, para wong cilik ini melawan lantaran tidak adanya rasa empati dan simpati yang ditunjukkan para anggota hijaber ini begitu mereka saling berinteraksi dari segi mode berpakaian. Wallahu alam.

Bukan sekedar mengejar perkembangan mode ataupun menjadi trend setter, tapi diperlukan adanya tujuan suci mengapa hijab harus mengikuti perkembangan zaman. Saya pikir, salah besar kalau anggota hijaber hanya sekedar ikut-ikutan mengikuti perkembangan mode jilbab. Dan saya pikirpun, tidak ada kontribusi/korelasi apapun antara perkembangan mode jilbab dengan peningkatan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas diri individunya. Hal ini juga terbukti dengan pengalaman saya berdiskusi dengan salah satu anggota komunitas hijaber yang modis. Terbelalak saya ketika secara eksplisit bahwa dengan berhijab, dirinya menitik beratkan pada kemodisan tapi setengah-setengah terhadap syar'i. Ckckckckckck..bahkan masih (maaf) tampak tonjol sana tonjol sini walaupun masih menggunakan hijab modisnya yang katanya mengikuti syar'i :geleng-geleng.

Hal yang paradoks pun juga terjadi pada para hijaber zaman baheula. Mereka ini bisa dikatakan katrok dan gaptek mengikuti perkembangan mode jilbab (masih ikut maunya syar'i). Tapi untuk soal kualitas diri, jujur, mereka ini jauh lebih cerdas ketimbang anggota komunitas hijaber. Pilih mana? yang luarnya biasa-biasa saja tapi isinya luar biasa atau isi dalamnya biasa-biasa saja tapi bagian luarnya luar biasa?

Merupakan tujuan yang mulia ketika dengan berhijab modis, tidak terjadi gap yang jauh antara pelaku yang satu dengan pelaku wong cilik lainnya, dibarengi dengan peningkatan kualitas diri dan tetap dalam lingkup syar'i dalam berjilbab.

So, Mari berhijab tanpa melupakan nilai-nilai sosial, peningkatan kualitas diri dan syar'i. Wassalam :)

Bonus Foto di bawah
Sayangnya, saya dilarang ikutan foto disitu :sad

No comments:

Post a Comment