1. Inconsistency 

Sejujurnya lebih mudah bagi saya untuk mengetahui calon juara UEFA  Champions League dibandingkan Barclays Premier League. Coba saja anda  perhatikan beberapa klub yang pernah menjuarai UCL. Pasti di tahun  tersebut mereka sedang mendapatkan momentum dan keberuntungan terbaik di  ajang terbesar Eropa tersebut. Sebagai contoh saja, anda dapat melihat  yang terjadi di musim lalu. Keajaiban bagi The Blues, Chelsea, memang  sudah terlihat semenjak mereka mengandaskan mimpi Napoli. Lalu berlanjut  ketika gol Fernando Torres membuat FC Barcelona gagal lolos ke babak  final dan membuat Pep Guardiola resign. Fairy tale tersebut menjadi  kenyataan ketika mereka berhasil menggondol “Si Telinga Besar” di dalam  match luar biasa melawan FC Bayern. Nah coba bandingkan dengan BPL  dimana beberapa minggu sebelum liga berakhir, Manchester United sempat  unggul delapan poin dari Manchester City. Tapi akhirnya? City yang  ternyata berhasil membuat Etihad Stadium seperti perayaan juara Arema  Malang beberapa tahun silam di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Jadi  dapat saya katakan bahwa konsistensi sebuah tim untuk meraih gelar juara  sebuah liga akan sangat menentukan. Sialnya, musim ini Chelski memang  kesulitan menemukan ritme kemenangan. Di awal musim, mereka begitu  menakutkan. Tapi memasuki gameweek demi gameweek, mereka sering  kehilangan poin potensial. Dengan jurang 11 poin antara The Blues dan  pemuncak klasemen, United, tentu akan sulit untuk mengejarnya apabila  mereka tidak dapat konsisten membungkus poin penuh.
2. Double-Edge Sword
Anda menonton pertandingan fenomenal Chelsea melawan Aston Villa  minggu lalu? Sungguh mengerikan. Delapan kali Brad Guzan harus memungut  bola dari gawang dan mengebalikannya ke titik lapangan tengah.  Seandainya saja Lucas Piazon sukses mengeksekusi tendangan 16 pas, maka  skor akan menjadi ganjil, 9-0. Mungkin untuk itu ia sengaja gagal.  Ngomong-ngomong soal ganjil, memang ada yang ganjil di tubuh The Blues.  Musim ini, mereka berisikan pemain-pemain muda nan ganteng. Sebut saja  Azpilicueta, Eden Hazard, Juan Mata, Fernando Torres, Oscar, dan Piazon.  Mereka membuat permainan Chelsea sama sexy-nya dengan wajah-wajah  mereka. Tapi apabila kegantengan mereka sanggup untuk membuat para  wanita jatuh hati, apakah hal sama akan berlaku kepada para  pemain-pemain lawan? Think twice deh mendingan.  Di satu sisi, skor 8-0  yang kemarin mereka raih memang tidak lepas dari “kepolosan” para pemain  muda yang ingin terus menerus mencetak gol. Tapi di sisi lain, dengan  umur yang masih muda dan (mungkin) belum berpengalaman, akan sangat  sulit bagi mereka ketika menghadapi kondisi-kondisi tertekan.
3. Last Thursday Night? HahahaSebagai juara bertahan UEFA Champions League pertama yang gagal lolos  dari babak 32 besar, Chelsea mendapat kehormatan besar bermain di  Europa League. Tunggu! Jangan anda anggap ini sebagai bahan ejekan dulu.  Bagi saya pribadi, Europa League bukanlah kasta rendah. Coba anda lihat  isi tim nya. Fenerbache, FC Internazionale, Zenit St. Petersburg,  Girondins Bordeaux, Bayer 04 Leverkusen, SL Benfica, Newcastle United,  Atletico Madrid, Ajax Amsterdam, SS Lazio, Tottenham Hotspur, Olympique  Lyonnais, SSC Napoli, dan (kalau anda mau memasukkan) Liverpool FC. Jadi  tidak ada alasan bagi saya untuk mengatakan bahwa kejuaraan ini adalah  kejuaraan papan bawah. Tim-tim yang ada adalah tim papan atas di liganya  masing-masing. Lalu belum lagi dengan kondisi bahwa pertandingan akan  digelar pada hari kamis malam. Tentu hal ini berpengaruh besar pada masa  pemulihan yang lebih singkat untuk menghadapi Barclays Premier League.
4. Roman Rules!Siapa yang tidak mengenal Roman Abramovich? Taipan Russia yang  membeli Chelsea pada tahun 2003 ini telah memberikan pengaruh besar baik  kepada The Blues maupun persepakbolaan dunia. Uang yang mengalir deras  ke kas Chelsea membuat mereka dapat dengan mudah membeli pemain yang  mereka inginkan. Semenjak Roman menjadi pemilik klub yang bermarkas di  Stamford Bridge ini, mereka menjadi salah satu kekuatan besar di dunia.  Terakhir, gelar UEFA Champions League sukses “diperebutkan” oleh Frank  Lampard dan John Terry. Tapi dibawah kendalinya, sudah ada lima pelatih  dan dua caretaker dipecat. Sungguh pekerjaan berat untuk dapat memuaskan  seorang Roman Abramovich. Yang paling “kontoversial” adalah pemecatan  Roberto Di Matteo dan digantikan oleh Rafael Benitez. Nah melihat hobi  Roman tersebut, saya tidak tahu bagaimana masa depan pelayan gendut asal  Spanyol tersebut.Segala kejutan special khas Chelski selalu bisa  terjadi setiap saat.
5. Manchester BersaudaraSudahlah, anda yang mengaku sebagai “die-hard” United maupun City tak  perlu mengkritik judul diatas. Memang sudah sewajarnya kakak-beradik  saling bertengkar. Tapi anda tetap tidak bisa mengingkari kenyataan  bahwa mereka “bersaudara”. Nah kedua tim asal Manchester ini adalah  bahaya paling nyata bagi Chelsea untuk meraih gelar Barclays Premier  League saat ini. Bagaimana tidak? Baik Man United maupun Man City memang  sedang berada diatas The Blues di klasemen sementara Liga Inggris.  Secara kualitas, mungkin mereka bertiga memang tidak jauh berbeda. Yang  membedakan mereka adalah konsistensi. Apabila Chelsea tidak mampu  menyamakan level konsistensi dengan si Biru Langit dan si Setan Merah,  tentu akan sangat sulit bagi mereka untuk berada di puncak klasemen pada  akhir musim.
6. Arsenal, Tottenham Hotspur, Everton, West Bromwich Albion, etc.Apabila di nomor sebelumnya saya membahas mereka yang berada diatas  Chelski, maka kali ini saya membahas mereka yang berada di bawahnya.  Bagi saya pribadi, kualitas persaingan Barclays Premier League musim ini  memang sangat baik. Perbedaan poin yang sangat kecil membuat perebutan  posisi menjadi tak dapat terduga. Chelsea sendiri tidak boleh memandang  mereka sebelah mata. Tim-tim ini dapat saja menjadi batu sandungan kecil  yang memberikan dampak besar. Ibarat sedang berlari kencang, sebuah  batu kecil akan dapat membuat anda terguling-guling . Kurang lebih  persis seperti alasan para pendukung United ketika insiden Antonio  Valencia dengan Glen Johnson di Anfield beberapa bulan silam.
7. Hello RafaKeputusan Roman untuk memecat Roberto Di Matteo memicu kemarahan para  pendukung The Blues. Apalagi si botak tersebut digantikan oleh Rafael  Benitez yang menjadi salah satu manajer paling dibenci oleh publik  Stamford Bridge. Tapi setelah melihat permainan mereka melawan Aston  Villa, saya rasa benih-benih cinta akan mulai muncul di hati fans  Chelsea. Sebenarnya sih saya tidak terlalu mempermasalahkan seorang  Rafael Benitez, tapi melihat fakta yang ada, saya lupa kapan terakhir  kali ada pelatih pengganti di tengah jalan lalu berhasil meraih gelar  juara Barclays Premier League. Simple.
8. Belajarlah Dari Pengalaman!Sebuah pembelian di musim dingin dapat memberikan pengaruh yang  sangat vital pada perkembangan sebuah tim. Dan saya yakin banyak dari  anda fans Chelsea yang mengharapkan kedatangan seorang striker lagi  untuk menemani Fernando Torres. Tapi sebelum itu, saya harus katakan  bahwa sebaiknya manajemen The Blues belajar dari pengalaman. Di keadaan  keuangan dunia yang sedang dilanda krisis, lebih baik mereka jangan lagi  menghabiskan 50 juta Poundsterling untuk membeli seorang striker yang  ternyata tidak sesuai dengan harganya.
9. Masih Ada Tiga Lagi KokMembagi konsentrasi ke empat kompetisi sekaligus tentu bukan hal yang  mudah. Recovery dan rotasi pemain menjadi dua hal kunci untuk dapat  berbicara banyak di semua ajang yang diikuti. Menurut saya pribadi sih  Chelsea akan lebih memilih ajang-ajang lain dibandingkan Barclays  Premier League. Jadi bukan tidak mungkin mereka akan sedikit  mengorbankan BPL. Kurang lebih persis seperti yang dilakukan Carlo  Ancelotti ketika melatih AC Milan di tahun 2007. Meskipun saya juga  tidak bisa menebak apakah itu Capital One Cup, FA Cup, atau Europa  League.
10. Lamps and JTTolong seseorang hentikan keputusan Chelsea untuk melepas kedua  pemain ini. Jujur, saya bukan pendukung Chelsea. Tapi bagaimanapun, saya  mengerti bahwa pengalaman dan skill yang mereka miliki masih akan  sangat berguna bagi The Blues. Terlebih lagi mereka memiliki karisma  yang sulit untuk digantikan. Apabila Frank Lampard dan John Terry  benar-benar dilepas, tentu akan sangat mengurangi daya tempur Roman  Empire. Frank Lampard selalu dapat menunjukkan kelasnya dalam mengontrol  lapangan tengah setiap kali mereka bermain. Sedangkan Terry, skill nya  dalam menjaga pertahanan sangat berjalan lurus dengan skill nya merayu  istri temannya. Legend! 
sumber 
 
No comments:
Post a Comment