Tuesday, 2 April 2013

Belajar Bisnis Tukang Pangkas Dari Seorang Satpam

Gaji masih terasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ?...Mmmm...kebanyakan orang akan memberikan jawaban "Tidak Cukup" ...maklumlah, manusia memang adalah makhluk yang tidak pernah mencapai level cukup/ puas.

Kebetulan setiap 3 bulan sekali, saya memangkas rambut saya yang acak-acakan nan dekil ke tukang pangkas yang harganya pas dikantong agar penampilan saya kembali necis. Saya lebih memilih brand pangkas merakyat alias tukang pangkas yang membuka lapaknya di pinggir jalan ketimbang memangkas rambut di pusat perbelanjaan modern. Saya pikir hasil pangkasnya tetap sama rapinya, sesuai dengan maunya konsumen, higienis (pisau cukur & handuk sekali pakai), dan tentunya menggunakan Nature Air Conditioner alias kipas angin.


Cerita punya cerita, si tukang pangkas atau biasa dipanggil bang Riki, sudah mengasah kemampuan pangkasnya sejak masa SMA. Belajar secara otodidak, dimarah-marahi pelanggan karena tak sesuai model pangkas seperti yang diminta pelanggan sudah menjadi asam garam dunia perpangkasan bang Riki. Pengalaman 20 tahun lebih bergelut di bisnis pangkas ternyata dapat menghidupi 5 orang anak yang masih SD beserta seorang istri. Wow....

Walaupun minatnya di bisnis pangkas, bekerja sebagai satpam di sebuah perusahaan besar juga digelutinya sebagai tambahan nafkah tetapnya. Belum lagi nyambi sebagai pemain organ untuk orkes dikala ada acara pesta penikahan dan mengayam rotan untuk dijadikan kursi & meja. Lumayan...

Kira-kira selama sebulan, bisa juga mengorek pendapatan hingga 3 juta rupiah dalam sebulan. Kalau lagi banyak pelanggan pangkas, bisa lebih dari 3 juta. Fantastik!

Saya jadi tertarik untuk mencari tahu usaha pangkas dengan bang Riki. Setelah pulang dari kerja sebagai satpam, maka disitulah baru membuka lapak pangkasnya. Tergantung dari jadwal shift kerja. Apalagi pas hari minggu, maka pelangganpun membludak.

Nah, diwaktu senggang saat menunggu pelanggan pangkas, beliau sambilan mengayam rotan untuk dipajang didepan rumahnya untuk dijual ke konsumen. Margin untungnya bisa 2 kali lipatnya. Sedangkan modal produksi pangkas perorang setelah dihitung matematis sekitar Rp 5000 (modal pisau silet sekali pakai, air, listrik, sabun cukur, menthol pijat, dll) dengan harga jual Rp 12000. Itu belum termasuk pendapatan tambahan dari jualan rokok maupun tips jika pelanggan puas dengan pelayanan beliau. Beliau mensyukurinya lho :)

Melihat gigihnya menafkahi keluarganya dari bisnis pangkas dan kerja sebagai satpam, ternyata anaknya lah yang menyemangati kegigihannya. Dari situlah terispirasi untuk membuat suatu sistem turun temurun untuk membangun bisnis pangkas mulai dari yang terkecil/ modal minim.Sejak dini pula beliau mengajarkan anak-anaknya cara pangkas mulai dari model yang sederhana alias pangkas rambut menjadi pendek. Si abang memangkas si adik, secara bergiliran si adik juga kebagian jatah untuk memangkas si abang. Mmm...bagus juga didikan si ayah satu ini :) 

Walau didampingi oleh istri yang fokus untuk mengurus anak dan keluarga ini masih numpang di rumah mertua indah, tidak ada keraguan dengan bisnis pangkasnya. Cemoohan sudah kenyang dimakan, tapi si ayah satu ini tetep kekeuh dengan keahlian pangkasnya dan rencana kedepannya untuk membuka cabang-cabang pangkasnya. Kelak anaknya bisa lebih maju daripada ayahnya dan mandiri secara finansial. 

Selamat membangun Riki's Barber Legacy ya pak :) Bisnis ini selalu dirindu lho pak :)

Catatan kaki : Dibalik bisnis kecil justru ada hikmah. Kegigihan karena ada tanggungan keluarga yang dinafkahi adalah motor penggerak yang  dahsyat. Satu kalimat akhir dari saya terhadap bisnis pangkas rambut pinggiran ....Never underestimate small business !!!









No comments:

Post a Comment