Monday, 9 July 2012

Kita, Mencegah Keji dan Mungkar

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan hadir. Kemungkinan sebagian besar umat Islam akan ramai-ramai beraktivitas di mesjid seperti menjalankan sholat. Entah benar atau tidak, jika beribadah sholat di mesjid maka pahala yang diperoleh akan jauh lebih besar ketimbang sholat di mesjid di lain bulan.

Ketimbang sibuk menghitung pahala yang tiada habis dan memang bukan urusan Anda yang menghitungnya, alangkah lebih baiknya jika kita melihat sisi lain dari sholat. Diharapkan sambil menikmati segelas kopi hangat yang nikmat Anda bisa menelurusi opini ini. :)

Secara definisi, Sholat (sholat: صلاة; transliterasi: Shalat), merujuk kepada ritual ibadah pemeluk agama Islam  Menurut syariat Islam, praktik shaolat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara Rasulullah SAW sebagai figur pengejawantah perintah Allah. Rasulullah SAW bersabda, Salatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya. Secara bahasa sholat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan, menurut istilah, bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam .

Sudah sudah, kita hentikan arti definitif dari sholat karena kita bukan menghabiskan waktu hanya untuk mengenal dari definisi sholat. :)

Ayat Quran sebagai referensi absolut tentang sholat dijelaskan pada salah satu ayat : "Sesungguhnya salat itu mencegah dari keji  dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut : 45)"

Secara penglihatan mata, banyak dari kita sholat. Namun, kita juga kecolongan bahwa banyak juga yang sholat tapi kegiatan yang keji dan mungkar tetap marak dilakukan. Lebih sedihnya lagi, kegiatan yang keji dan mungkar terjadi secara musiman (maksudnya, kalau sudah bulan puasa, intensitasnya dikurangi atau malah di stop sementara,nanti setelah lewat bulan puasa dilanjutkan lagi)

Alkisah, seorang pelacur di salah satu kota besar di Indonesia yang pernah saya temui berkisah tentang kehidupan bulan puasa yang begitu berat baginya untuk dijalankan. Selain sepi pelanggan, ada beban mental dosa yang sudah ia tanggung sebagai akibat dari profesinya sebagai pelacur (hingga seolah-olah Tuhan pun tidak mau mengampuni dosa pelacurannya), namun aneh bin ajaibnya dia tetap menjalankan sholat (walaupun tidak 5 waktu). Apakah Anda tahu doa sehabis sholat yang dipanjatkannya? Maka dari setiap lelaki yang menggunakan jasanya, si pelacur berdoa semoga ada lelaki yang mau menikahinya dan memberi penghidupan yang layak tanpa harus melacur lagi. Jadi, sebelum melacur, si pelacur berdoa terlebih dahulu.

Apakah ceritanya lebay alias berlebihan? Tidak. Ini dari sumbernya langsung.    

Dari secuil kisah tadi, peran sholat sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar sudah tidak zamannya lagi hanya dipahami sebagai gerakan fisik yang diawali oleh takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ada pesan bahwa dengan kita mencegah setiap perbuatan keji dan mungkar yang dimulai dari diri sendiri maka sebenarnya kita menjalankan nilai sholat baik secara fisik (seperti sholat yang dicontohkan oleh Rasul) dan nilai budaya sehingga tegaklah Dinul Islam sebagai sistem yang saling selamat dan menyelamatkan seperti ucapan salam pada akhir sholat. 

Idealnya, kalau sudah tegaknya sholat, alih-alih akan korupsi pengadaan Al Quran tentu tidak akan terjadi. Atau mungkin kita perlu mencontoh negara-negara sekuler, atheis dan komunis bagaimana "sholat" mereka begitu tegak dijalankan untuk hal-hal sistemik keumatan. Seperti itulah pemahaman penulis saat ini secara ekstrimnya.

Upaya penegakkan sholat hendaknya juga tidak dibangun atas dasar ketakutan dan punishment ( seperti yang banyak didengungkan tentang khilafah islamiyah). Secara fisik kita mungkin sangat paham betul bagaimana menjalankan sholat, namun kita begitu tergilas akan nilai-nilai budaya yang dibangun lewat pesan-pesan sholat sesuai dengan ayat Quran Al Ankabut: 45.

Adalah benar jika Rasul berpesan jika sudah ditunaikan sholat fisiknya, maka bertebaranlah dimuka bumi untuk mencegah perbuatan keji dan mungkar, bukan dengan setelah sholat berzikir banyak-banyak untuk mengharapkan pahala sebanyak mungkin

Maka momen ramadhan adalah waktunya untuk introspeksi diri untuk persiapan diri menjelang 11 bulan kedepannya, bukan dengan sekedar mengejar pahala sebanyak-banyaknya.That's right.

Sudah tegakkah sholatnya ? :)







 


No comments:

Post a Comment